Manusia secara potensial mempunyai potensi dasar yang harus diaktualkan dan dilengkapi dengan peradaban dan kebudayaan Islam. Demikian juga, aplikasi peradaban dan kebudayaan harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan potensi dasar manusia. Tanpa memerhatikan kebutuhan dan perkembangan itu, peradaban dan kebudayaan hanya akan menambah beban hidup yang mengakibatkan kehidupan yang anomali (inkhiraf) yang menyalahi ‘desain’ awal Allah SWT. ciptakan (Mujib, 2006: 64). Interaksi antara potensi dan budaya itu harus mendapatkan tempat dalam proses pendidikan, dan jangan sampai ada salah satunya yang diabaikan. Tanpa interaksi itu, harmonisasi kehidupan akan terhambat.
Untuk harmonisasi interaksi antara potensi dan budaya, diperlukan adanya ‘intervensi’ eksternal yang datangnya dari Sang Mahamutlak karena baik pengembangan potensi maupun pewarisan budaya, keduanya memiliki tingkat relativitas yang tinggi. Pada tataran ini, ‘hidayah’ Allah menjadi penting dalam memandu aktivitas pendidikan Islam. Hidayah Allah sangat membantu manusia dalam menemukan jati dirinya. Manusia dengan kemampuannya sendiri tanpa diberi hidayah maka sulit menemukan jati dirinya, Adam as. telah menggunakan semua potensinya, bahkan menguasai seluruh disiplin ilmu (dengan menguasai asma/konsep) namun ia belum mampu menjaga eksistensinya yang baik, sehingga tengelincir dan terlempar dari surga. Adam as. baru memiliki eksistensi sebenarnya ketika ia diberi hidayah oleh Allah (QS. Al-Baqarah: 31-33, 38).
Muhammad Abduh daTum Tafsir al-Manar menyatakan bahwa hidayah Allah SWT itu terdapat empat bagian:
1. Hidayah yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan hewan, dan manusia. Hidayah ini disebut dengan al-hidayah al-wijdani atau al-ghariziyyah.
2. Hidayah yang dapat ditangkap oleh indra hewan dan manusia. Hidayah ini disebut dengan al-hidayah al-hawas.
3. Hidayah yang dapat diterima oleh akal manusia. Hidayah ini disebut dengan al-hidayah al-’aqli.
4. Hidayah yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan yaitu hidayah agama. Hidayah ini disebut dengan al-hidayah al-din.(Muhammad Rasyid Ridha: 62).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar