Minggu, 15 Juli 2012

Pengaruh Lingkungan terhadap Peserta didik

Oleh: Bukhari Umar

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia (peserta didik). Ia dapat berupa manusia dan dapat pula berupa bukan manusia seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, sungai, laut, udara dan sebagainya. Bahkan, selain itu ada pula sesuatu yang berada di luar diri manusia yang tidak tampak oleh manusia (gaib), tetapi keberadaannya pasti. Hal ini dapat diketahui melalui informasi dari kitab suci (Alquran). Golongan ini meliputi jin dan malaikat.
Di antara lingkungan tersebut, ada yang memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan peserta didik, yaitu: lingkungan keluarga (orang tua), teman dan setan. Ketiga lingkungan ini sering mewarnai kehidupan peserta didik. Hal ini perlu diketahui oleh pendidik agar dapat menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Di sini akan dibicarakan pengaruh lingkungan keluarga (orang tua), teman dan syetan terhadap perkembangan peserta didik.
1. Pengaruh Lingkungan Keluarga
Orang tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan waktu untuk anak terutama ketika ia masih kecil. Tidak sulit dipahami bila orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya.
Peluang besar mempengaruhi anak seperti di atas perlu dimanfaatkan oleh setiap orang tua secara maksimal. Ia harus menciptakan kondisi yang kondusif agar semua potensi anak dapat berkembang optimal. Bila orang tua tidak mendidik anaknya atau melaksanakan pendidikan anak tidak dengan sungguh-sungguh, maka akibatnya anak tidak akan berkembang sesuai dengan harapan. Bahkan, potensi anak yang paling asasi (fitrah diniyah) dapat bergeser. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةَ ، هَلْ تَرَى فِيْهَا جَدْعَاءَ
Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya? (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Kata-kata abawāh yang berarti kedua orang tua dalam hadis di atas tidak berarti menafikan pengaruh pihak lain. Dalam kenyataannya, masih banyak komponen lingkungan yang dapat mempengaruhinya. Disebut kedua orang tua untuk mewakili lingkungan dapat dipahami karena dominasi peran dan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak.
Kata yuhawwidānih dalam hadis di atas berarti kedua orang tua mengajar dan menggiringnya menjadi orang Yahudi. Kata-kata “yunaşşirānih” berarti bahwa kedua orang tua pula yang mengajar dan menggiring anak menjadi Nasrani (Al-Asqalani, 1993: 619). Dengan demikian, terlihatlah betapa pentingnya peran keluarga atau orang tua dalam perkembangan anak. Orang tua harus melaksanakan proses pendidikan terhadap anak-anak dan begitu juga anggota keluarga yang lain. Pendidikan yang dilaksanakan harus sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yang disebut pendidikan Islam. Menurut Al-Djamaly, “Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar) (Al-Jamaly, 1996: 17).
Selain orang tua, anggota keluarga yang tinggal setempat dengan seseorang juga mempunyai pengaruh yang besar. Mereka itu adalah suami/istri, saudara, nenek, kakek, paman, dan bibi. Besar atau kecilnya pengaruh masing-masing tergantung kepada kadar komunikasi dan kualitas pengaruh yang diberikan kepada peserta didik.
2. Pengaruh Teman
Teman sangat berarti bagi setiap manusia. Dari anak-anak sampai orangtua, baik kali-laki maupun perempuan, baik yang kaya maupun yang miskin, baik orang-orang baik maupun orang-orang yang tidak baik, semuanya membutuhkan teman. Rasanya, kebahagiaan ini tidak lengkap bila tidak memiliki teman. Buktinya, ketika gembira, orang membutuhkan teman dan pada waktu sedih, orang juga membutuhkan sahabat.
Teman itu bervariasi. Kadang-kadang, teman membawa berkah, rezeki, dan kebahagiaan. Akan tetapi, perlu juga hati-hati karena banyak juga orang yang rusak bahkan sengsara karena teman. Dengan demikian, teman itu ada yang baik dan ada pula yang jelek. Teman yang baik inilah yang diidam-idamkan karena ia mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, teman yang jelek perlu dihindari karena sering membawa malapetaka.
Teman sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Ada orang yang jelek berubah menjadi baik setelah berteman dengan orang baik. Sebaliknya, tidak sedikit pula orang yang pada awalnya baik, tetapi kemudian berubah menjadi jelek setelah bergaul dengan teman yang jelek. Ada orang tua yang telah berusaha membimbing anak di rumah dengan sebaik-baiknya, tetapi anak terpengaruh oleh temannya yang berperilaku jelek sehingga ia mempertunjukkan perilaku jelek di depan orang tua. Jangan kaget. Teman dapat mewarnai, bahkan dapat mengubah agama seorang anak. Hal itu telah diperingatkan oleh Rasulullah saw. :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً.
Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jelek bagaikan pemilik minyak wangi dan tukang besi. Terhadap pemilik minyak wangi, kamu dapat menikmati minyak wangi dengan cara membeli kepadanya atau minimal mencium aromanya yang bagus. Sedangkan terhadap tukang besi, mungkin badan atau pakaianmu terbakar atau kamu mencium bau yang tidak sedap. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Musa).
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ .
Seseorang itu mengikuti agama temannya. Oleh sebab itu, kamu harus hati-hati terhadap temanmu (HR Tirmizi dan Abu Daud dari Abu Hurairah).
3. Pengaruh Syetan
Dalam Alquran dikemukakan bahwa setan telah banyak menghancurkan kehidupan manusia, mulai dari manusia pertama sampai sekarang, bahkan sampai manusia di akhir zaman. Paling tidak terdapat 113 kata yang berarti setan dalam Alquran di antaranya adalah:
1. Menggoda Adam dan Hawa sehingga keduanya dikeluarkan dari sorga (QS Al-Baqarah/2: 36).
2. Musuh yang nyata bagi manusia (Al-Baqarah/2: 168).
3. Menyuruh manusia berbuat jahat dan keji (Al-Baqarah/2: 169)
4. Mengeluarkan manusia dari cahaya kepada kegelapan (Al-Baqarah/2: 257)
5. Menakut-nakuti manusia …. Ali Imran/3: 175).
6. Menyesatkan manusia sejauh-jauhnya (An-Nisak/: 60).
7. Mendorong manusia agar bermusuh-musuhan (Al-Maidah/: 91)
8. Membisikkan pikiran jahat kepada manusia (Al-A’raf/: 20)
9. Menipu manusia (Al-A’raf/: 27)
Dalam hadis juga ditemukan penjelasan tentang tipu daya setan terhadap manusia. Di antaranya dalam hadis qudsi berikut ini:
…وَإِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِى …
… Aku telah menciptakan hamba-Ku menjadi orang yang lurus semuanya. Akan tetapi syetan memalingkan mereka dari agamanya, mengharamkan apa yang Aku halalkan dan menyuruh mereka mempersyerikatkan-Ku…( HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dari ‘Iyad).
Agar terpelihara dari gangguan setan, manusia diperintahkan agar selalu mendekatkan diri dan memohon pertolongan Allah (Al-A’raf/: 200, Al-Falaq/113: 1- 5, An-Nas/114: 1- 6).
Selain pengaruh ketiga lingkungan di atas, ada pula lingkungan bukan manusia yang juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan peserta didik, yaitu media yang berwujud berbagai bentuk, seperti: televisi, video, computer, internet, dan handphone. Media-media ini telah membuat wawasan anak-anak dan remaja berkembang lebih cepat dari pada masa sebelumnya. Namun, perubahan yang terlihat dalam realita masyarakat di samping yang positif, yang negatifnya juga cukup besar. Akibatnya, para orang tua merasakan mendidik anak zaman sekarang sudah sangat sulit dan melelahkan.
Anak-anak dan remaja sangat tertarik kepada berbagai permainan (games) dan hiburan (entertainment) yang disajikan oleh media di atas. Bahkan, peserta didik tidak segan-segan menghabiskan sebagian besar waktu efektifnya untuk pergi ke mall, warnet, dan playstation untuk menikmati permainan kesukaan mereka. Hal itu menyebabkan penambahan cost (biaya ekonomi) keluarga dan berkurangnya waktu belajar bagi peserta didik. Akhirnya mau atau tidak mau, akan terjadi penurunan kulitas akademik peserta didik. Ini merupakan masalah yang sangat serius.
Untuk menghadapi masalah di atas diperlukan upaya yang sangat serius pula. Semua komponen masyarakat terkait yang meliputi orang tua, pemilik warnet, pemilik stasion televisi, pengelola mall, dan playstation seyogianya peduli dengan perkembangan anak dan remaja. Program-program yang disajikan harus diseleksi sedemikian rupa, jadwal operasi yang juga dipertimbangkan agar anak dan remaja tidak larut menikmatinya sehingga melupakan pelajaran, kewajiban dan tugas-tugas lainnya.
Selain sumber informasi, jadikan internet sebagai sarana mendapatkan penghasilan. Mau tahu caranya? Tidak sulit. Silahkan KLIK DI SINI.


Motivasi Belajar Mengajar Alquran

Oleh Bukhari Umar

Membaca Alquran merupakan ibadah yang utama. Ini adalah salah satu kelebihannya dari semua jenis buku dan bacaan yang lain. Baru sampai taraf membaca saja, Allah telah memberikan pahala yang banyak. Untuk satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan. Sehubungan dengan ini, Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ. ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
Kelebihan orang yang membaca Alquran daripada yang tidak membacanya diungkapkan oleh Rasulullah Saw. dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ. رواه البخارى ومسلم وأبو داود والترمذى والنسائى.
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Utrujjah’. Aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘tamar, kurma’. Aromanya tidak ada dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘ar-Raihanah’. Aromanya harum dan rasanya pahit. Perumpamaan seorang munafiq yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Hanzhalah’. Aromanya tidak ada dan rasanya pahit. (Al-Bukhari: 4632, 4671, 5007, dan 7005).
Dalam hadis ini terdapat empat golongan manusia bila dihubungkan dengan Alquran, yaitu:
(1) Golongan yang hatinya dipenuhi oleh iman. Iman mengalir ke sekujur anggota tubuhnya. Ia yakin kepada Allah, beriman kepada Rasul, membenarkan Alquran, mengamalkan agama, menjadikan dirinya bagian dari Alquran, membacanya pada malam dan siang hari ketika berdiri, duduk, rukuk, dan sujud. Kapan saja ada kesempatan untuk membacanya, selalu ia manfaatkan, sehingga hatinya tidak berpaling dari mengingat Allah dan syetan tidak dapat mengganggunya. Bacaannya tidak sekadar di lidah. Akan tetapi, hatinya juga membaca sehingga membuahkan rasa takut dan mendapat petunjuk, melahirkan amal kebajikan dan teguh pendirian.
(2) Golongan yang beriman kepada Alquran, menerapkan hukumnya, mengikuti petunjuknya, menerapkan akhlaknya tetapi tidak membaca dan menghafal Alquran. Ini bagaikan kurma yang manis tetapi aromanya tidak ada.
(3) Orang jahat (munafiq) yang tidak memiliki iman kecuali sekadar sebutan, tidak memiliki agama kecuali merek, ia membaca Alquran, menghafalnya dengan baik, meyakini syariatnya, mengenal bacaannya, membaguskan lafal dan iramanya, tetapi bacaannya itu tidak melampaui kerongkongannya. Bila engkau mengujinya, engkau akan tahu bahwa hatinya busuk dan gelap, akhlaknya jelek, perbuatannya berbahaya. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dengan "al-Rihanah". Bila Anda cium, aromanya harum, tetapi bila Anda makan, rasanya jelek. Hatinya cenderung kepada yang jelek. Anda akan merasakan jeleknya bila Anda bergaul dengannya. Tidak ada pengaruh Alquran terhadap dirinya karena kejahatannya telah menutup hatinya dan nasihat orang lain tidak berguna baginya.
(4) Orang jahat (munafiq) yang tidak ada hubungannya dengan Alquran. Ia tidak berilmu tentang Alquran, tidak mengamalkannya, tidak membaca dan tidak menghafalnya. Orang ini disamakan oleh Rasulullah SAW. dengan "al-hanzhalah" yang tidak beraroma dan rasanya pahit.
Agar mampu membaca Alquran dengan baik, setiap muslim itu harus belajar membacanya. Hal itu penting karena ada seperangkat aturan yang perlu diikuti dalam membaca Alquran, yang terhimpun dalam ”Ilmu Tajwid”. Ketika ada orang yang ingin belajar, perlu ada orang yang mengajar. Keduanya adalah perbuatan yang mulia dan mendapat penghargaan dari Allah dan Rasul-Nya.
Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه البخارى
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”  (HR Bukhari dari Usman, Al-Bukhari, No. 4639).
 Masih dalam hadis riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه البخارى
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”  (HR Bukhari dari Usman, Al-Bukhari, No. 4640).
Selain oleh Al-Bukhari, hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Al-Darimi, Al-Baihaqiy dan Ibnu Hibban.
Dalam dua hadis di atas, terdapat motivasi Rasulullah yang besar terhadap dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an.  Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri.  Al-Qur`an adalah kalam Allah, firman-firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril Alaihissalam. Al-Qur`an adalah sumber pertama dan acuan utama dalam ajaran Islam.  Karena keutamaan yang tinggi inilah, yang membuat Abu Abdirrahman As-Sulami –salah seorang yang meriwayatkan hadis ini– rela belajar dan mengajarkan Al-Qur`an sejak zaman Utsman bin Affan hingga masa Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi.
Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Alquran? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”. Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini”.
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah enyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
Motivasi Rasulullah SAW. dalam hadis di atas sejalan dengan Firman Allah dalam Alquran Surat Fathir:29-30).
 إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30) 
   
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mengerjakan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”.
                Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadis ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (رواه مسلم عن عائشة)
                Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala. (Muslim: No. 1329).
                Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا . (المزمل : 4)
                Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya. (Al-Muzzammil: 4)
                Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadis ini.
                Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya. Dan, dari hadis ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya. 
Selain mempelajari Alquran dan Hadis, kita juga bisa belajar berbisnis melalui internet. Mencari uang di internet tidak sulit. Mau belajar? Mulai dengan meng-KLIK INI.
Daftar Bacaan:
Abdullah Muhammad bin Ismâil Al-Bukhâriy, Shahîh al-Bukhâriy, Indonesia: Dahlan, t.th
Abu al-Husayn Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyayriy an-Nisaburiy, Shahih Muslim, Juz 3,  Indonesia: Dahlan, t.th.
Abi Isa bin Surah Al-Tirmiziy, Sunan al-Tirmiziy wa Huwa al-Jâmi’ al-Shahîh, Juz , Indonesia: Dahlan , t.th.
Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal,  dalam Al-Maktabah al-Syamilah
Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy, Sunan Ibn Mājah, Juz II, t.t.: Dar al-Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, t.th