Oleh Bukhari Umar
Membaca
Alquran merupakan ibadah yang utama. Ini adalah salah satu kelebihannya dari
semua jenis buku dan bacaan yang lain. Baru sampai taraf membaca saja, Allah
telah memberikan pahala yang banyak. Untuk satu hurufnya diganjar dengan
1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan. Sehubungan dengan ini, Rasulullah
Saw. bersabda:
عَنْ عَبْد اللَّهِ
بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
« مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ
بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ
حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ. ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al
Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan
dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu
huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
Kelebihan orang yang
membaca Alquran daripada yang tidak membacanya diungkapkan oleh Rasulullah Saw.
dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي
مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ
الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ
الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا
وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ
الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي
لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا
مُرٌّ. رواه البخارى ومسلم وأبو داود والترمذى والنسائى.
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah
saw. bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah bagaikan
‘al-Utrujjah’. Aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang
tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘tamar, kurma’. Aromanya tidak ada dan
rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq yang membaca Alquran adalah bagaikan
‘ar-Raihanah’. Aromanya harum dan rasanya pahit. Perumpamaan seorang munafiq
yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Hanzhalah’. Aromanya tidak ada dan rasanya pahit. (Al-Bukhari: 4632, 4671, 5007, dan 7005).
Dalam hadis ini
terdapat empat golongan manusia bila dihubungkan dengan Alquran, yaitu:
(1)
Golongan yang hatinya dipenuhi oleh iman. Iman mengalir ke sekujur anggota
tubuhnya. Ia yakin kepada Allah, beriman kepada Rasul, membenarkan Alquran,
mengamalkan agama, menjadikan dirinya bagian dari Alquran, membacanya pada
malam dan siang hari ketika berdiri, duduk, rukuk, dan sujud. Kapan saja ada
kesempatan untuk membacanya, selalu ia manfaatkan, sehingga hatinya tidak
berpaling dari mengingat Allah dan syetan tidak dapat mengganggunya. Bacaannya
tidak sekadar di lidah. Akan tetapi, hatinya juga membaca sehingga membuahkan
rasa takut dan mendapat petunjuk, melahirkan amal kebajikan dan teguh
pendirian.
(2)
Golongan yang beriman kepada Alquran, menerapkan hukumnya, mengikuti
petunjuknya, menerapkan akhlaknya tetapi tidak membaca dan menghafal Alquran.
Ini bagaikan kurma yang manis tetapi aromanya tidak ada.
(3)
Orang jahat (munafiq) yang tidak memiliki iman kecuali sekadar sebutan, tidak
memiliki agama kecuali merek, ia membaca Alquran, menghafalnya dengan baik,
meyakini syariatnya, mengenal bacaannya, membaguskan lafal dan iramanya, tetapi
bacaannya itu tidak melampaui kerongkongannya. Bila engkau mengujinya, engkau
akan tahu bahwa hatinya busuk dan gelap, akhlaknya jelek, perbuatannya
berbahaya. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dengan "al-Rihanah".
Bila Anda cium, aromanya harum, tetapi bila Anda makan, rasanya jelek. Hatinya cenderung kepada yang jelek. Anda akan merasakan jeleknya
bila Anda bergaul dengannya. Tidak ada pengaruh Alquran terhadap dirinya karena
kejahatannya telah menutup hatinya dan nasihat orang lain tidak berguna
baginya.
(4) Orang jahat (munafiq) yang tidak ada hubungannya
dengan Alquran. Ia tidak berilmu tentang Alquran, tidak mengamalkannya, tidak
membaca dan tidak menghafalnya. Orang ini disamakan oleh Rasulullah SAW. dengan
"al-hanzhalah" yang tidak beraroma dan rasanya pahit.
Agar mampu membaca Alquran
dengan baik, setiap muslim itu harus belajar membacanya. Hal itu penting karena
ada seperangkat aturan yang perlu diikuti dalam membaca Alquran, yang terhimpun
dalam ”Ilmu Tajwid”. Ketika ada orang yang ingin belajar, perlu ada orang yang
mengajar. Keduanya adalah perbuatan yang mulia dan mendapat penghargaan dari
Allah dan Rasul-Nya.
Dalam
kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari Hajjaj bin
Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu
Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه
البخارى
“Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari dari Usman, Al-Bukhari, No. 4639).
Masih
dalam hadis riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang
agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ
الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه البخارى
“Sesungguhnya
orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan
mengajarkannya.” (HR Bukhari dari
Usman, Al-Bukhari, No. 4640).Selain oleh Al-Bukhari, hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Al-Darimi, Al-Baihaqiy dan Ibnu Hibban.
Dalam
dua hadis di atas, terdapat motivasi Rasulullah yang besar terhadap dua amalan
yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara
saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan
mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat
membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan
Al-Qur`an itu sendiri. Al-Qur`an adalah kalam Allah, firman-firman-Nya
yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril Alaihissalam.
Al-Qur`an adalah sumber pertama dan acuan utama dalam ajaran Islam.
Karena keutamaan yang tinggi inilah, yang membuat Abu Abdirrahman As-Sulami
–salah seorang yang meriwayatkan hadis ini– rela belajar dan mengajarkan
Al-Qur`an sejak zaman Utsman bin Affan hingga masa Al-Hajjaj bin Yusuf
Ats-Tsaqafi.
Hadis
ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran. Suatu ketika Sufyan Tsauri
ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca
Alquran? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan
mengajarkannya kepada orang lain”. Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap
mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan
karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini,
selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini”.
Al
Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud
dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaik-baik kalian
adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain"
adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani
para rasul. Mereka telah enyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang
lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka
dan yang menular kepada orang lain.
Motivasi Rasulullah
SAW. dalam hadis di atas sejalan dengan Firman Allah dalam Alquran Surat Fathir:29-30).
إِنَّ
الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا
مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ
تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ
إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)
“Sesungguhnya orang-orang
yang selalu membaca kitab Allah dan mengerjakan salat dan menafkahkan
sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri”.
Maksud
dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur`an. Bukan
mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, balaghahnya,
atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga
penting dipelajari, namun hadis ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an
adalah lebih utama. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an
dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan
benar seperti ketika Al-Qur`an diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat
menyukai seorang muslim yang pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ
بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ
الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (رواه مسلم عن عائشة)
“Orang yang pandai membaca Al-Qur`an,
dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca
Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua
pahala.” (Muslim: No. 1329).
Dan
dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu
wa Ta'ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ
تَرْتِيلًا . (المزمل : 4)
“Dan bacalah Al-Qur`an dengan
setartil-tartilnya.”
(Al-Muzzammil: 4)
Adapun
maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara membaca
Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu
lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang
lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu
mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya,
mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an,
dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan
pendapatnya pada hadis ini.
Namun
demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim
dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim,
tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan
keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus
mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya. Dan, dari hadis ini
juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase
belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an
sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi
dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya
akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai
ilmunya.
Selain mempelajari Alquran dan Hadis, kita juga bisa belajar berbisnis melalui internet. Mencari uang di internet tidak sulit. Mau belajar? Mulai dengan meng-KLIK INI.
Selain mempelajari Alquran dan Hadis, kita juga bisa belajar berbisnis melalui internet. Mencari uang di internet tidak sulit. Mau belajar? Mulai dengan meng-KLIK INI.
Daftar
Bacaan:
Abdullah
Muhammad bin Ismâil Al-Bukhâriy, Shahîh al-Bukhâriy, Indonesia:
Dahlan, t.th
Abu al-Husayn Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyayriy
an-Nisaburiy, Shahih Muslim, Juz 3, Indonesia:
Dahlan, t.th.
Abi
Isa bin Surah Al-Tirmiziy, Sunan al-Tirmiziy wa Huwa al-Jâmi’ al-Shahîh, Juz
, Indonesia: Dahlan , t.th.
Ahmad Ibn Hanbal, Musnad
Ahmad Ibn Hanbal, dalam Al-Maktabah
al-Syamilah
Al-Hafizh Abi
Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy, Sunan Ibn Mājah, Juz II, t.t.:
Dar al-Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, t.th
Ma Syaa Allah, artikel nya sangat bermanfaat
BalasHapusSangat bermanfaat, Syukran jazakumullah khayr
BalasHapus