Oleh: Bukhari Umar
Manusia yang berkhlak mulia harus menjadi sasaran proses pendidikan Islam karena itulah misi utama Rasulullah SAW. Berkenaan dengan akhlak mulia sebagai tujuan pendidikan dapat dilihat dari hadis-hadis antara lain:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ[1]. رواه البيهقى
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.
عن جابر بن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللهَ بَعَثَنِيْ بِتَمَامِ مَكَارِمِ الأَخْلاَقِ وَكَمَالِ محَاَسِنِ الأَفْعَالِ[2]. رواه الطبرانى
Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah saw. Berkata 'Sesungguhnya Allah mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan akhlak dan kebaikan pekerjaan.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ: قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا ، وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ: إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا[3] رواه البخارى
Abdullah bin Amr RA, berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji dan bukan pula bersikap keji. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya’.”
Ketiga hadis di atas menunjukkan dengan tegas bahwa misi utama Rasulullah saw. adalah memperbaiki akhlak manusia. Beliau melaksanakan misi tersebut dengan cara menghiasi dirinya dengan berbagai akhlak yang mulia dan menganjurkan agar umatnya senantiasa menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Bahkan secara tegas, beliau menyatakan bahwa kualitas iman seseorang itu dapat diukur dengan akhlak yang ditampilkannya.[4] Itu berarti bahwa semakin bagus kualitas iman seseorang akan semakin baik pula akhlaknya. Dengan kata lain, akhlak seseorang yang jelek merupakan pertanda bahwa imannya tidak bagus.
Rasulullah saw. telah memperlihatkan akhlak yang mulia sepanjang hidupnya. Al-Abrasyi mengemukakan bahwa Nabi saw. adalah yang paling baik tingkah lakunya, pemuda yang paling bersih, manusia yang paling zuhud dalam hidupnya, hakim yang paling adil dalam memutuskan perkara, prajurit yang paling berani dalam membela kebenaran, ikutan yang terbaik bagi orang-orang saleh dan para pendidik.[5] Pribadi beliau merupakan presentasi akhlak yang sesuai dengan Alquran.
Bila misi utama Rasulullah saw. adalah menyempurnakan kemuliaan akhlak, maka proses pendidikan seyogianya diarahkan menuju terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan penegasan Allah bahwa Nabi saw. adalah teladan utama bagi umat manusia (QS. Al-Ahzab: 21). Untuk mencapai hal itu, akhlak mulia harus ditegaskan dalam formulasi tujuan pendidikan.
Para ahli pendidikan Islam telah merumuskan tujuan pendidikan yang merangkum maksud-maksud hadis di atas, antara lain:
1. Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan dan pewaris Nabi.[6]
2. Rumusan tujuan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 7 s.d. 11 Mei 1960 di Cipayung, Bogor: Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.[7]
3. Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari seminar pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad adalah :
Education aims at the balanced growth of total personality of man through the training of man's spirit, intellect, thr rational self, feeling and bodile sense. Education should, therefore, cater for the growth of man in all its aspects, spiritual, intellectual, imaginative, phisycal, scientific, linguistic, both individuallyand collevtively, and motivate all this aspects toward goodness and attainment f perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large[8]
Maksudnya, pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan, dan panca indera. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya pelayanan bagi pertumbuhan bagi manusia dalam segala aspeknya yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, linguistic, baik secara individu, maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek tersebut kepada kebaikan dan pencapaian kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah SWT. baik dalam level individu, komunitas, dan manusia secara luas.
[1]Abu Bakar Ahmad Ibn al-Husayn Ibn 'Ali al-Bayhaqiy (Selanjutnya disebut al-Bayhaqiy,Sunan), Sunan al-Bayhaqiy. Juz 2, h. 472, dalam al-Maktabah al-Syâmilah
[2]Al-Thabrani, Al-Mu'jam al-Awsath, Juz 7, h. 74, dalam al-Maktabah al-Syâmilah
[3]Al-Bukhâriy, Op.cit., Juz 4, h. 2444; Muslim, Op.cit., Juz 4, h. 1810
[4]Sesuai dengan maksud hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmizi dan Ahmad (lihat Abu Daud, 13: 412; Trmizi, 5: 5; dan Ahmad, 16: 138).
[5]Lihat, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, 'Azhamat al-Rasul Shalla Allah 'alayh wa Sallam, (Kairo: Dar al-Qalam, 1966), h. 169
[6]Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta: Kencana, 2006), Cet. 1, h. 85-86
[7]M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 41
[8]M Arifin, Kapita Sekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar