Kamis, 02 Desember 2010

Pendidik dalam Pendidikan Islam: Rasulullah sebagai Pendidik



Oleh: Bukhari Umar


Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik.[1] Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[2]
Berdasarkan pengentian di atas, dapat dipahami bahwa pendidik dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi al-ardh maupun ‘abd) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
Rasulullah saw. sebagai Guru
Muhammad SAW, selain sebagai Rasulullah, beliau juga menyatakan bahwa dirinya adalah  sebagai guru bagi umatnya. Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa umat harus menerima pelajaran-pelajaran yang diberikannya dalam berbagai hal kehidupannya. Sehubungan dengan ini, terdapat hadis antara lain:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِمَجْلِسَيْنِ فِى مَسْجِدِهِ فَقَالَ :« كِلاَهُمَا عَلَى خَيْرٍ وَأَحَدُهُمَا أَفْضَلُ مِنْ صَاحِبِهِ ، أَمَّا هَؤُلاَءِ فَيَدْعُونَ اللَّهَ وَيُرَغِّبُونَ إِلَيْهِ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ ، وَأَمَّا هَؤُلاَءِ فَيَتَعَلَّمُونَ الْفِقْهَ وَالْعِلْمَ وَيُعَلِّمُونَ الْجَاهِلَ فَهُمْ أَفْضَلُ ، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّماً » قَالَ : ثُمَّ جَلَسَ فِيهِمْ.[3]رواه الدارمى
Bahwasanya Abdullah bin Amru bin al-‘Ash r.a. berkata, “Pada suatu hari Rasulullah keluar dari salah satu kamar beliau untuk menuju masjid. Dalam masjid tersebut, beliau mendapati dua kelompok sahabat. Kelompok pertama adalah golongan orang yang sedang membaca Alquran dan berdoa kepada Allah s.w.t.. Sedangkan kelompok kedua adalah golongan orang yang sedang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu pengetatahuan. Nabi s.a.w. kemudian bersabda: ‘Masing-masing kelompok sama-sama berada dalam kebaikan. Terhadap yang sedang membaca Alquran dan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan doa mereka jika ia menghendaki, begitupun sebaliknya, doa mereka tidak akan diterima oleh Allah jika ia tidak berkenan mengabulkan doa tersebut. Adapun terhadap golongan yang belajar-mengajar, mereka sedang mempelajari ilmu dan mengajar orang yang belum tahu. Mereka lebih utama. Maka (ketahuilah) sesungguhnya aku ini diutus untuk menjadi seorang pengajar (guru). Kemudian Rasul saw. ikut bergabung bersama mereka’.
Hadis ini menginformasikan bahwa Nabi SAW. menemukan dua kelompok sahabat dalam masjid, yaitu yang membaca Alquran dan berdoa dan kelompok yang membahas ilmu pengetahuan. Beliau menghargai kedua kelompok tersebut. Akan tetapi, beliau lebih menyukai kelompok yang membahas ilmu dan bergabung dengan mereka sambil mempertegas peranannya "sebagai guru".
Rasulullah SAW. adalah  seorang pendidik sejati. Beliau membina umat secara utuh dan berimbang. Yang beliau pentingkan bukan hanya persoalan ilmu para sahabatnya, melainkan juga masalah akidah, ibadah dan akhlaknya. Beliau suka memberikan motivasi kepada para sahabat agar mereka rajin belajar dan mengamalkan ilmu yang sudah diperolehnya. Kompetensi seperti inilah yang perlu dimiliki oleh pendidik/guru zaman sekarang.


[1]Ahmad D. Marimba,  Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 37
[2]Ahmad Tafsir, (ed)., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1992), h. 74-75
[3]Al-Dârimiy, Op.cit., Juz 1, h. 99-100

1 komentar: