Kamis, 02 Desember 2010

Pendidik dalam Hadis: Keutamaan Pendidik


Oleh: Bukhari Umar
1. Terbebas dari Kutukan Allah
Seorang guru yang baik dalam pengertian melaksanakan tugasnya dengan ikhlas karena Allah akan mendapat kemuliaan dan keutamaan. Di antara keutamaan itu adalah ia teremasuk golongan orang yang tidak putus dari rahmat Allah atau orang yang terkutuk. Sehubungan dengan ini terdapat hadis sebagai berikut:
عن أبى هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ.[1] رواه الترمذى
Abu Hurairah meriwayatkan  bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah ! bahwa sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk kecuali zikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya, orang yang tahu (guru) atau orang yang belajar.
Dalam hadis ini ditegaskan bahwa orang yang tahu (guru, pendidik) adalah orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan keutamaan yang sangat berharga. Dari hadis ini dapat dipahami bahwa tidak semua orang yang berpredikat guru dijamin Rasulullah SAW. selamat dari kutukan. Guru yang beliau maksudkan adalah guru yang berilmu, mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya dengan ikhlas untuk mendapatkan keridaan Allah.
2. Didoakan oleh Penduduk Bumi
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاَنِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالاَخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ. رواه الترمذى
Abu Umamah al-Bahiliy berkata: diceritakan kepada Rasulullah saw. dua orang laki-laki, yang satu 'abid (orang yang banyak beribadah) dan yang satu lagi 'alim (orang yang banyak ilmu). Maka Rasulullah saw. bersabda: kelebihan seorang alim daripada orang yang beribadah adalah  bagaikan kelebihanku daripada seorang kamu yang paling rendah. Kemudian Rasulullah saw. berkata (lagi): Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi sampai semut yang berada dalam sarangnya serta ikan berselawat (memohon rahmat) untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (pendidik, guru).
Informasi dalam hadis di atas mencakup bahwa Allah memberikan rahmat dan barakah kepada guru. Selain itu, malaikat dan penduduk langit dan bumi termasuk semut yang berada dalam sarang, ikan yang berada dalam laut mendoakan keaikan untuk guru yang mengajar orang lain. Ini semua adalah keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada guru.
1.      Mendapat Pahala Berkelanjutan
Sehubungan dengan keutamaan ini ditemukan hadis sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الاِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.[2] رواه مسلم وأحمد النسائي والترمذى والبيهقى
Abu Hurairah meriwatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia telah meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.

Dalam hadis di atas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu diberi pahala oleh Allah pada seseorang kendatipun ia sudah meninggal dunia. Yaitu; (1) sedekah jariyah (wakaf yang lama kegunaannya), (2) ilmu yang bermanfaat, dan (3) doa yang dimohonkan oleh anak yang saleh untuk orang tuanya. Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang diajarkan oleh seseorang ('âlim, guru) kepada orang lain dan tulisan (karangan) yang dimaksudkan oleh penulis untuk dimanfaatkan orang lain.[3]  Pahala yang berkelanjutan merupakan salah satu keutamaan yang bakal diperoleh oleh pendidik (guru).
Keutamaan ini diberikan kepada guru karena ia sudah memberikan sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa Hasan al-Bashri berkata: Kalau sekirarnya orang-orang berilmu tidak ada, niscaya manusia akan bodoh seperti hewan, karena hanya dengan mengajar, para ulama dapat menaikkan orang banyak dari tingkat kehewanan ke tingkat kemanusiaan.[4] Selain dengan mengajar, seorang alim/guru juga dapat menyebarluaskan ilmu kepada orang lain melalui aktivitas karang mengarang.


[1]A-Tirmiziy, Op.cit., Juz 3, h. 384
[2]Muslim, Op.cit., Juz 5,  h. 73
[3]Abdurrahmân Ibn Abî Bakr Abû al-Fadhl al-Suyûthiy, Syarah al-Suyûthiy 'alâ  Muslim, Juz 4, h. 228 dalam al-Maktabah al-Syâmilah.
[4] Al-Ghazali, Op.cit., h. 40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar