Oleh: Bukhari Umar
Dasar
pendidikan Islam merupakan landasan operasional untuk merealisasikan dasar
ideal/sumber pendidikan Islam. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional
pendidikan Islam ada enam macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik
dan administrasi, psikologis, dan filosofis. Keenam macam dasar itu berpusat
pada dasar filosofis. (Hasan Langgulung, 1988:6-7,12). Penentuan dasar tersebut
agaknya sekuler selain tidak memasukkan dasar religius, juga menjadikan filsafat
sebagai induk dari segala dasar. Dalam Islam, dasar operasional segala sesuatu
adalah agama, sebab agama menjadi frame bagi setiap aktivitas yang
bernuansa keislaman. Dengan agama, semua aktivitas kependidikan menjadi bermakna,
mewarnai dasar lain, dan bernilai ubudiyah, Oleh karena itu, dasar operasional pendidikan yang enam di atas perlu
ditambahkan dasar yang ketujuh, yaitu agama.
1. Dasar
Historis
Dasar
historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu,
baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang
ditempuh masa kini akan lebih baik. Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk
memprediksi masa depan, karena dasar ini memberi data input tentang kelebihan
dan kekurangan kebijakan serta maju mundurnya prestasi pendidikan yang telah
ditempuh. Firman Allah SWT. dalam QS. Al-Hasyr ayat 18: “Dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”
Misalnya, bangsa Arab memiliki kegemaran untuk bersastra, maka pendidikan sastra
di Arab menjadi penting dalam kurikulum masa kini. Sebab, sastra selain menjadi
identitas dan potensi akademik bagi bangsa Arab juga sebagai sumber perekat
bangsa.
2. Dasar
Sosiologis
Dasar
sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosiobudaya, yang mana dengan
sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar ini juga berfungsi sebagai tolok
ukur dalam prestasi belajar. Artinya, tinggi rendahnya suatu pendidikan dapat
diukur dari tingkat relevansi output pendidikan dengan kebutuhan dan
keinginan masyarakat. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak
kehilangan konteks atau tercerabut dari akar masyarakatnya. Prestasi pendidikan
hampir tidak berguna jika prestasi itu merusak tatanan masyarakat. Demikian
juga, masyarakat yang baik akan menyelenggarakan format pendidikan yang baik
pula.
3. Dasar
Ekonomi
Dasar
ekonomi adalah yang memberikan perspektif tentang potensi-potensi finansial,
menggali dan mengatur sumber-sumber serta bertanggung jawab terhadap rencana
dan anggaran pembelanjaannya. Oleh karena pendidikan dianggap sebagai sesuatu
yang luhur, maka sumber-sumber finansial dalam menghidupkan pendidikan harus
bersih, suci dan tidak bercampur dengan harta benda yang syubhat. Ekonomi
yang kotor akan menjadikan ketidakberkahan hasil pendidikan. Misalnya, untuk
pengembangan pendidikan, baik untuk kepentingan honorarium pendidik maupun
biaya operasional sekolah, suatu lembaga pendidikan mengembangkan sistem
rentenir. Boleh jadi usahanya itu secara material berkembang, tetapi tidak akan
berkah secara spiritual. Peningkatan ilmu pengetahuan bagi peserta didik tidak
akan memiliki implikasi yang signifikan terhadap perkembangan moral dan
spiritual peserta didik. Allah SWT berfirman kepada Nabi Dawud as. Dalam Hadis
Qudsi: “Hai Dawud, hindari dan peringatkan pada kaummu dari makanan syubhat
karena sesungguhnya hati orang yang memakan makanan syubhat itu tertutup dari-Ku.”
Pada Hadis ini diisyaratkan bahwa penggunaan harta syubhat (tidak jelas
halal-haramnya) tidak diperbolehkan, apalagi harta yang haram.
4. Dasar
Politik dan Administratif
Dasar
politik dan administrasi adalah dasar yang memberikan bingkai ideologis, yang
digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
direncanakan bersama. Dasar politik menjadi penting untuk pemerataan
pendidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, Dasar ini juga berguna
untuk menentukan kebijakan umum (ammah) dalam rangka mencapai
kemaslahatan bersama, bukan kemaslahatan hanya untuk golongan atau kelompok
tertentu. Sementara dasar administrasi berguna untuk memudahkan pelayanan
pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan
teknis dalam pelaksanaannya.
5. Dasar
Psikologis
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan
informasi tentang bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta
didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain.
Dasar ini berguna juga untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan
batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu meningkatkan prestasi dan
kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang memberikan
suasana batin yang damai, tenang, dan indah di lingkungan pendidikan, meskipun
dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat
untuk lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.
6. Dasar
Filosofis
Dasar
filosofis adalah dasar yang memberi kemampuan memilih yang terbaik, memberi
arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar
operasional lainnya, Bagi masyarakat sekuler dasar ini menjadi acuan terpenting
dalam pendidikan. Sebab, filsafat bagi mereka merupakan induk dari segala dasar
pendidikan. Sementara bagi masyarakat religius, seperti masyarakat Muslim,
dasar ini sekadar menjadi bagian dan cara berpikir di bidang pendidikan secara
sistemik, radikal, dan universal yang asas-asasnya diturunkan dan nilai ilahiyah.
7. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari
ajaran agama. Dasar ini secara detail telah dijelaskan pada sumber pendidikan
Islam. Dasar ini menjadi penting dalam pendidikan Islam. Sebab dengan dasar ini,
semua kegiatan pendidikan jadi bermakna. Konstruksi agama membutuhkan
aktualisasi dalam berbagai dasar pendidikan yang lain, seperti historis,
sosiologis, politik dan administratif, ekonomis, psikologis, dan filosofis.
Agama menjadi frame bagi semua dasar pendidikan Islam. Aplikasi
dasar-dasar yang lain merupakan bentuk realisasi diri yang bersumberkan dari
agama dan bukan sebaliknya. Apabila agama Islam menjadi frame bagi dasar
pendidikan Islam, maka semua tindakan kependidikan dianggap sebagai suatu
ibadah. Sebab, ibadah merupakan aktualisasi diri (self-actualization) yang
paling ideal dalam pendidikan Islam. DaIam masalah agama, aktualisasi di sini
tidak sama persis dengan apa yang dimaksud dalam teori hierarki kebutuhan Abraham
Maslow, Aktualisasi di sini memiliki arti realisasi perilaku keagamaan yang
pernah dijanjikan di alam arwah antara ruh manusia dan Tuhan. Sedang menurut
teori Maslow, puncak kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri, yang mana agama
tidak termasuk di dalamnya. Kebutuhan akan agama tidak dapat dijelaskan dalam
kelima hierarki kebutuhan itu, sebab agama merupakan perilaku transendensi.
Orang yang shalat misalnya, semata-mata tidak untuk mnemenuhi kebutuhan
biologis, aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri, tetapi untuk memenuhi
kebutuhan transendensi, seperti ikhlas karena-Nya.
Daftar Bacaan:
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan
Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987
Muhaimin, Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,
2008, Ed.1, Cet. ke-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar