Minggu, 15 Juli 2012

Motivasi Belajar Mengajar Alquran

Oleh Bukhari Umar

Membaca Alquran merupakan ibadah yang utama. Ini adalah salah satu kelebihannya dari semua jenis buku dan bacaan yang lain. Baru sampai taraf membaca saja, Allah telah memberikan pahala yang banyak. Untuk satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan. Sehubungan dengan ini, Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ. ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
Kelebihan orang yang membaca Alquran daripada yang tidak membacanya diungkapkan oleh Rasulullah Saw. dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ. رواه البخارى ومسلم وأبو داود والترمذى والنسائى.
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Utrujjah’. Aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘tamar, kurma’. Aromanya tidak ada dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘ar-Raihanah’. Aromanya harum dan rasanya pahit. Perumpamaan seorang munafiq yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Hanzhalah’. Aromanya tidak ada dan rasanya pahit. (Al-Bukhari: 4632, 4671, 5007, dan 7005).
Dalam hadis ini terdapat empat golongan manusia bila dihubungkan dengan Alquran, yaitu:
(1) Golongan yang hatinya dipenuhi oleh iman. Iman mengalir ke sekujur anggota tubuhnya. Ia yakin kepada Allah, beriman kepada Rasul, membenarkan Alquran, mengamalkan agama, menjadikan dirinya bagian dari Alquran, membacanya pada malam dan siang hari ketika berdiri, duduk, rukuk, dan sujud. Kapan saja ada kesempatan untuk membacanya, selalu ia manfaatkan, sehingga hatinya tidak berpaling dari mengingat Allah dan syetan tidak dapat mengganggunya. Bacaannya tidak sekadar di lidah. Akan tetapi, hatinya juga membaca sehingga membuahkan rasa takut dan mendapat petunjuk, melahirkan amal kebajikan dan teguh pendirian.
(2) Golongan yang beriman kepada Alquran, menerapkan hukumnya, mengikuti petunjuknya, menerapkan akhlaknya tetapi tidak membaca dan menghafal Alquran. Ini bagaikan kurma yang manis tetapi aromanya tidak ada.
(3) Orang jahat (munafiq) yang tidak memiliki iman kecuali sekadar sebutan, tidak memiliki agama kecuali merek, ia membaca Alquran, menghafalnya dengan baik, meyakini syariatnya, mengenal bacaannya, membaguskan lafal dan iramanya, tetapi bacaannya itu tidak melampaui kerongkongannya. Bila engkau mengujinya, engkau akan tahu bahwa hatinya busuk dan gelap, akhlaknya jelek, perbuatannya berbahaya. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dengan "al-Rihanah". Bila Anda cium, aromanya harum, tetapi bila Anda makan, rasanya jelek. Hatinya cenderung kepada yang jelek. Anda akan merasakan jeleknya bila Anda bergaul dengannya. Tidak ada pengaruh Alquran terhadap dirinya karena kejahatannya telah menutup hatinya dan nasihat orang lain tidak berguna baginya.
(4) Orang jahat (munafiq) yang tidak ada hubungannya dengan Alquran. Ia tidak berilmu tentang Alquran, tidak mengamalkannya, tidak membaca dan tidak menghafalnya. Orang ini disamakan oleh Rasulullah SAW. dengan "al-hanzhalah" yang tidak beraroma dan rasanya pahit.
Agar mampu membaca Alquran dengan baik, setiap muslim itu harus belajar membacanya. Hal itu penting karena ada seperangkat aturan yang perlu diikuti dalam membaca Alquran, yang terhimpun dalam ”Ilmu Tajwid”. Ketika ada orang yang ingin belajar, perlu ada orang yang mengajar. Keduanya adalah perbuatan yang mulia dan mendapat penghargaan dari Allah dan Rasul-Nya.
Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه البخارى
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”  (HR Bukhari dari Usman, Al-Bukhari, No. 4639).
 Masih dalam hadis riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه البخارى
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”  (HR Bukhari dari Usman, Al-Bukhari, No. 4640).
Selain oleh Al-Bukhari, hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Al-Darimi, Al-Baihaqiy dan Ibnu Hibban.
Dalam dua hadis di atas, terdapat motivasi Rasulullah yang besar terhadap dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an.  Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri.  Al-Qur`an adalah kalam Allah, firman-firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril Alaihissalam. Al-Qur`an adalah sumber pertama dan acuan utama dalam ajaran Islam.  Karena keutamaan yang tinggi inilah, yang membuat Abu Abdirrahman As-Sulami –salah seorang yang meriwayatkan hadis ini– rela belajar dan mengajarkan Al-Qur`an sejak zaman Utsman bin Affan hingga masa Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi.
Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Alquran? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”. Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini”.
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah enyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
Motivasi Rasulullah SAW. dalam hadis di atas sejalan dengan Firman Allah dalam Alquran Surat Fathir:29-30).
 إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30) 
   
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mengerjakan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”.
                Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadis ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (رواه مسلم عن عائشة)
                Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala. (Muslim: No. 1329).
                Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا . (المزمل : 4)
                Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya. (Al-Muzzammil: 4)
                Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadis ini.
                Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya. Dan, dari hadis ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya. 
Selain mempelajari Alquran dan Hadis, kita juga bisa belajar berbisnis melalui internet. Mencari uang di internet tidak sulit. Mau belajar? Mulai dengan meng-KLIK INI.
Daftar Bacaan:
Abdullah Muhammad bin Ismâil Al-Bukhâriy, Shahîh al-Bukhâriy, Indonesia: Dahlan, t.th
Abu al-Husayn Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyayriy an-Nisaburiy, Shahih Muslim, Juz 3,  Indonesia: Dahlan, t.th.
Abi Isa bin Surah Al-Tirmiziy, Sunan al-Tirmiziy wa Huwa al-Jâmi’ al-Shahîh, Juz , Indonesia: Dahlan , t.th.
Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal,  dalam Al-Maktabah al-Syamilah
Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy, Sunan Ibn Mājah, Juz II, t.t.: Dar al-Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, t.th

2 komentar: